Menelpon Masa Lalu

Mohammad Fahmi
8 min readJan 10, 2016

--

Jakarta, 30 Januari 2050

Hari itu adalah hari yang biasa. Sebuah weekend di mana aku tidak keluar rumah dan hanya menghabiskan waktu dengan membaca konten-konten tidak penting di internet. Malam sebelumnya aku baru menghabiskan waktu makan malam bersama dengan anak dan cucu-cucuku untuk merayakan ulang tahunku yang keenam puluh. Sebuah angka yang rasanya lebih perlu banyak-banyak didoakan daripada dirayakan.

Di tengah “kesibukanku” itu, tiba-tiba saja masuk sebuah email. Yang membuatku begitu heran adalah email tersebut datang dari orang yang memiliki nama sama persis denganku. Lebih mengejutkannya lagi, tanggal yang tertera di email tersebut adalah 30 Januari 2070, tepat dua puluh tahun dari sekarang.

Niatnya aku mau mengabaikan email itu dan menganggapnya sebagai spam saja, tapi judul email tersebut betul-betul membuatku kaget dan penasaran. Hanya dalam satu kalimat pendek saja, judul email tersebut sudah menyebutkan nama kakak kelas idolaku sewaktu SMP, judul CD musik yang pertama kali kubeli secara online ketika kuliah, dan kutipan favoritku dari serial How I Met Your Mother. Informasi-informasi ini jelas hanya diketahui oleh diriku dan diriku sendiri saja.

Aku pun memutuskan untuk mulai membuka dan membaca email tersebut. Begini bunyinya:

Jakarta, 30 Januari 2070

Halo diriku di masa lalu,

Bagaimana pagi membosankanmu? Ketika kamu membaca email ini, kamu mungkin berpikir kalau tanggal 30 Januari 2050 akan menjadi hari paling membosankan dalam hidupmu, I mean, sehari setelah ulang tahun memang selalu seperti itu kan? Tapi percayalah, hari ini akan menjadi hari paling penting yang akan kamu alami sepanjang hidupmu di dunia ini … atau di dunia lainnya.

Mungkin informasi yang akan kusampaikan ini akan sangat sulit dipercaya, dan kamu mungkin berpikir untuk segera berhenti membacanya karena terasa seperti bullshit yang mustahil, tapi aku adalah dirimu di masa depan, jadi aku cukup tahu bahwa kamu akan membaca ini, berhenti sejenak kemudian melanjutkannya lagi karena rasa penasaran yang tidak terbendung menghantuimu.

Ketika membaca pembuka dari email panjang ini, aku betul-betul merasa kebingungan. Aku memang hampir saja berhenti membacanya, tapi sekarang aku jelas jadi semakin penasaran apa yang sebenarnya hendak disampaikan email aneh ini. Aku pun melanjutkan membaca.

Pada tanggal 30 Januari 2050, kau akan menerima sebuah paket yang luar biasa. Paket ini berisi sebuah teknologi unik yang entah bagaimana bisa dikirimkan kepada kita. Sekarang, aku tahu bagian ini akan sangat sulit dipercaya, tapi teknologi tersebut berwujud sebuah handphone, dan yang membuat handphone itu begitu spesial adalah … percayalah … handphone ini dapat menghubungi dirimu di masa lalu.

Oke, ini bodoh.

Ya, aku masih ingat dengan spesifik bahwa kau mengucapkan “oke, ini bodoh”, tapi aku tidak bohong, dan handphone yang akan dikirimkan ke dirimu memang memiliki kemampuan untuk menelpon masa lalu. Ketika kau menerimanya, kau tidak akan percaya, bahkan setelah membaca manual yang ada di kotak handphone tersebut.

Untuk membuktikan kemampuan handphone ini, hal yang akan kau lakukan pertama kali adalah menghubungi diri kita ketika berusia tujuh belas, mengomelinya tentang segala kegalauan bodoh anak SMA yang kita alami, mulai memberikan dia saran tentang bagaimana menarik perhatian wanita yang kita suka dulu, serta bagaimana kita bisa sukses lolos audisi berbagai panggung dan menyelesaikan komik yang tengah kita kerjakan 43 tahun (atau di waktuku, 63 tahun) yang lalu. Ini adalah sesuatu yang salah!

Kau akan berpikir bahwa inilah kesempatan untuk membuat masa mudamu, atau hidupmu secara keseluruhan jadi lebih berwarna, yah meskipun tidak sepenuhnya salah, tapi saat itu kita belum menyadari bahwa apa yang kita miliki saat ini pun (di tahun 2050) sudah luar biasa!

Sekadar untuk meyakinkanmu, biar kuceritakan apa yang terjadi setelah kau memutuskan untuk menelpon diri kita di usia tujuh belas tahun. Ketika kau menelponnya, dia (kita di usia tujuh belas) akan bertanya “siapa ini yang menelpon dengan private number?” Setelah itu kau akan menutup telpon tersebut karena kaget dan yakin bahwa kau memang baru saja berbicara dengan dirimu di usia tujuh belas. Kau pun akan menelpon lagi, dan diri kita versi remaja akan mulai menjawab dengan kesal, kalau tidak salah dulu kita berpikir sedang punya secret admirer, sebelum akhirnya dikecewakan oleh suara kakek-kakek yang terdengar di balik telepon.

Kau akan mulai menasihatinya soal bagaimana harus bersikap kepada wanita yang kita idam-idamkan pada masa itu, bagaimana agar bisa lebih populer bermain musik, dan lain sebagainya. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran diri kita waktu SMA ketika mendengarkan telepon misterius tersebut, tapi begitu menutupnya, sesuatu jelas terasa berubah.

Kau tidak akan menyadarinya secara langsung, tapi kau akan langsung mengecek Facebook dan menyadari bahwa kau akhirnya sempat pacaran dengan gadis yang kau idam-idamkan dulu. Ingatanmu akan mulai kabur antara kenyataan yang mana yang benar atau salah. Untungnya panggilan tersebut tidak cukup signifikan sampai membuat hidup kita berubah menjadi layaknya seorang rock star.

Cukup wajar, karena memang tidak mudah untuk menjadi sukses dari bermusik ketika SMA, apalagi jika sarannya datang dari seorang kakek-kakek yang menelpon dengan private number. Tapi sepertinya bocah SMA akan mendengarkan saran dari siapapun, mulai dari segmen horoskop sampai wejangan kakek-kakek misterius kalau sudah urusannya sama hati … atau nafsu, entah yang mana yang waktu itu menjadi prioritas kita.

Satu hal terjadi akibat hubungan pacaran kita dengan dia yang kemudian mempengaruhi masa depan kita dengan cukup signifikan, komik yang kita dan dia kerjakan ketika SMA akhirnya selesai. Dan kesuksesan ini cukup berarti untuk membuat diri kita ketika remaja memutuskan untuk mengambil jurusan kuliah yang bisa mendukung kita menjadi penulis fiksi. Keputusan yang cukup bodoh karena membuat kita kehilangan pengalaman untuk bekerja di bidang yang lumayan teknis seperti menjadi programmer. Walaupun harus kuakui kalau kita hanyalah seorang programmer pas-pasan.

Untungnya perubahan ini tidak mempengaruhi profesi kita banyak-banyak. Aku tidak tahu bagaimana jadinya hidup kita kalau kita juga berakhir dengan profesi yang betul-betul berbeda. Masalah berikutnya barulah cukup signifikan.

Menurutmu apa yang akan terjadi ketika kita menghubungi diri kita di usia 26? Ya, aku cukup ingat di saat tersebut kau … maaf, kita … memiliki ide agak gila. Kau tahu itu pilihan yang akan mengubah hidup banyak orang, bukan hanya kita saja. Tapi, rasa penasaran bodoh akan membuatmu ingin tahu, apa yang terjadi jika…

Ya, kau akan mulai melakukan hal gila untuk mencoba mengambil keputusan-keputusan ekstrem. Segalanya berubah, kau menikah dengan orang berbeda, kau berpisah dengan keluargamu, kau memiliki anak yang berbeda dari yang kau tahu sebelum usia enam puluh, dan yang paling mengerikan, kau bahkan tidak akan mengetahui siapa dirimu, siapa diri kita sebenarnya.

Segala jenis ingatan akan mulai campur aduk. Kita akan memiliki banyak sekali versi sekolah, kuliah, kerja, keluarga, dan lain-lain. Ketika bertemu dengan orang yang mengenalmu dengan begitu akrab, kau tidak akan mengenal orang itu. “Siapa orang ini? Kenapa dia langsung memelukku begitu bertemu? Apa yang dia bicarakan?” Hal itulah yang menghantui diriku setiap hari.

Kita akan menjadi seperti orang bodoh. “Kakek sudah pikun” akan menjadi kalimat yang paling sering kita dengar dari orang yang ternyata adalah anak dan cucu kita sendiri. Semuanya kacau, dan di antara semua itu, apa yang paling menyakitkan adalah … aku merindukan istriku.

Di dunia baru yang kujalani setelah mengubah masa lalu, aku mencintai orang lain, tapi bagaimana aku bisa menunjukkan rasa cinta yang telah bertahan selama 30 tahun kepada seorang yang selama 30 tahun kuanggap sebagai teman, bukan istri?

Setelah masa lalu berubah, aku menjalani hidup yang asing, dan itu jelas tidak baik untuk otak dan hati seorang pria berusia enam puluh tahun. Bayangkan, aku harus menjalani kehidupan yang begitu berat selama dua puluh tahun, sampai akhirnya sebuah mukjizat, atau mungkin musibah, datang pagi ini, 30 Januari 2070, dalam bentuk sebuah paket berisi laptop.

Ya, aku langsung teringat dengan kejadian dua puluh tahun yang lalu, kejadian yang seharusnya akan segera menimpamu dalam waktu dekat. Aku sempat ragu untuk membuka laptop itu, tapi akhirnya aku beranikan diri untuk melakukannya.

Aku tidak akan cerita panjang lebar apa saja yang aku temukan di laptop ini, lagipula masih banyak hal yang bisa kuperiksa darinya. Tapi, cukup satu hal yang perlu kau ketahui … laptop ini memiliki kemampuan untuk mengirim email ke masa lalu.

Aku sempat stres tidak mau memikirkan apa hal gila yang akan laptop ini lakukan ke kehidupanku. Lalu aku kepikiran satu hal, aku bisa saja menggunakan benda ini untuk menghubungimu, untuk mencegah agar segala kekacauan yang terjadi bisa terhindarkan.

Oleh karena itu, aku coba untuk menghubungimu. Sekadar informasi saja, selama dua puluh tahun terakhir, aku sudah mencari banyak sekali informasi tentang time travel. Apa saja yang bisa terjadi kepada berbagai fakta dan sejarah seandainya perjalanan waktu memang memungkinkan. Mulai dari tentang dimensi alternatif, butterfly effect, teori tentang segala keputusan yang diambil oleh keputusan lintas waktu ini sebenarnya sudah tetap dari sananya, sampai ke teori yang mengatakan bahwa dunia bisa kiamat akibat time travel.

Sekarang, aku tidak tahu pasti bagaimana cara kerja handphone yang waktu itu kita peroleh dan sampai sekarang masih tersimpan dengan aman di brankas. Tapi dari pengalamanku, “mesin waktu” ini membuat sebuah dimensi alternatif baru setiap kali ada keputusan baru yang dibuat, tapi tetap saja ada satu orang, yaitu kita, yang menjadi simpul di antara lebih dari satu dimensi. Hal inilah yang membuatku punya pengetahuan yang campur aduk antara diri kita di satu dimensi dengan di dimensi lainnya.

Cukup dengan teori-teorinya, aku hanya berharap setelah aku mengirimkan email ini, kau akan menuruti saranku dan tidak menggunakan handphone terkutuk itu sama sekali. Dengan begitu, semoga saja kau tidak perlu menjalani hidup yang begitu membingungkan seperti yang kujalani. Dan jika aku beruntung, semoga saja perubahan yang kau lakukan akan bisa mengubah hidupku juga, mempertemukanku kembali dengan istriku serta anak-anak yang telah kukenal dari bayi, bukan anak-anak yang kukenal setelah mereka dewasa dan punya anak-anak mereka sendiri.

Kau mungkin bertanya-tanya, kenapa aku tidak pernah mencoba menghubungimu dengan menggunakan handphone tersebut? Aku sudah mencobanya, sayangnya kemampuan dari handphone itu cukup terbatas. Benda ini berjalan dengan menggunakan baterai, dan sampai sekarang aku belum menemukan cara untuk mengisi ulang atau mengganti baterai handphone aneh ini. Membawanya ke toko pun tidak membantu apa-apa sama sekali. Semuanya nihil.

Jadi, sebelum baterai laptop ini juga habis, aku gunakan kesempatan yang aku miliki ini untuk menghubungimu. Kumohon, percayalah segala yang aku katakan, syukuri apa yang telah kau miliki, dan jangan coba-coba untuk mengubah masa lalu.

Memang ada masanya di mana diri kita ketika muda membutuhkan saran dari diri kita yang lebih dewasa. Tapi, proses ketika diri kita yang masih muda bisa menghadapi masalahnya sendiri itulah yang membantu kita untuk bisa menjadi lebih dewasa. Entah bagaimana jadinya jika kita tidak pernah melalui masalah-masalah yang terjadi di masa muda dengan cara kita sendiri dan hanya sekadar menerima wejangan dan suapan dari diri kita yang sudah lebih dewasa.

Itu saja pesan dariku untukmu yang lebih muda dua puluh tahun dariku. Dua puluh tahun terakhir tidak bisa dikatakan sebagai masa-masa terindah dalam hidupku. Meskipun aku menemukan berbagai hal baru yang sangat menarik, dan kebahagiaan yang muncul dalam wujud lainnya, aku akan rela mengorbankan apa pun, APA PUN, agar bisa memiliki kehidupan yang lebih normal seperti yang kau miliki sebelum membaca email ini.

Ingat, aku hanya bisa memberikan peringatan. Keputusan akhirnya tetap ada di tanganmu, diriku.

Salam,

Dirimu dari masa depan

Setelah selesai membaca email tersebut, aku masih tetap dalam keadaan terkejut. Tidak mudah bagi seorang berusia enam puluh tahun untuk mencerna segala informasi barusan. Kisah di atas jelas terasa seperti fiksi, tapi fiksi pun tetap bisa membuatmu berpikir terlalu keras bukan.

Tidak lama kemudian, bel depan rumahku pun berbunyi. Aku langsung merasa ketakutan. Ketika itu juga masuk email baru yang sangat singkat. Email itu hanya berbunyi:

Jangan takut.

Aku pun segera bangkit dan berjalan menuju pintu. Begitu pintu kubuka, tidak ada orang terlihat, hanya sebuah kotak bingkisan tanpa label sama sekali tergeletak di depan. Aku mengecek ke sekitar jalan depan rumah, apakah kira-kira ada orang baru lewat atau orang yang mungkin tengah bersembunyi sambil mengamati. Ketika memastikan bahwa tidak ada orang, aku pun masuk ke rumah sambil membawa kotak itu.

Begitu aku buka, benar saja, kotak tersebut berisi sebuah handphone dengan sebuah buku manual. Aku baca manual yang tersedia, dan semuanya cocok dengan email yang baru aku terima. Aku coba nyalakan handphone tersebut, dan satu-satunya opsi yang tersedia hanyalah untuk menekan tanggal tertentu dan menelponnya. Ya, handphone ini tidak menghubungi nomor telpon lain, tapi menghubungi sebuah tanggal.

Sambil duduk dengan dipenuhi rasa penasaran, aku pandangi handphone tersebut. Apa yang harus kulakukan? Kenapa ini terjadi padaku?

Apa yang harus aku lakukan…

Originally published at www.fahmitsu.com on January 10, 2016.

--

--

Mohammad Fahmi

A boy trying to find himself and the others through words.