Mayoritas Selalu Benar, dan Bahasa Kita Membuktikannya

Mohammad Fahmi
2 min readJul 8, 2017

--

Di sebuah dunia yang ideal, segala hal yang benar dan salah dinilai secara objektif. Berapa jumlah orang yang percaya akan sesuatu yang salah tidak akan membuat hal tersebut menjadi benar, begitu juga sebaliknya. Sayangnya kita tidak hidup di dunia yang ideal, dan khusus di Indonesia, bahkan bahasa nasional kita membuktikan kalau mayoritas selalu benar.

Saya ambil contoh satu kata dari Jepang yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu “samurai.” Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi III yang terbit pada tahun 2005, kata samurai memiliki makna yang sesuai dengan definisi aslinya di Jepang, yaitu “aristokrat Jepang dari golongan kesatria.”

Entri dari KBBI edisi III

Sayangnya sering sekali orang Indonesia menggunakan kata tersebut untuk mendeskripsikan pedang asal Jepang.

Bukannya berusaha meluruskan pemahaman agar sesuai dengan makna sesungguhnya, mulai KBBI edisi IV yang rilis pada tahun 2008 (dan baru tersedia secara digital di tahun 2015), makna samurai ditambah sesuai dengan kesalahpahaman mayoritas. Kini samurai juga memiliki arti “pedang khas Jepang agak melengkung.”

Entri dari KBBI edisi V

Kenapa saya mempermasalahkan hal ini? KBBI disusun oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang bernaung di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Sebagai badan yang bertanggung jawab untuk mencerdaskan bangsa, kenapa kita malah dicekoki dengan pemahaman mayoritas yang sebenarnya salah kemudian disulap menjadi sesuatu yang benar?

Mungkin bagi banyak orang, argumen saya ini terkesan dipaksakan. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa hal ini menunjukkan bukti bagaimana di Indonesia, kamu tidak perlu benar untuk diakui benar. Kamu bisa saja menjadi salah asalkan ada jutaan orang yang setuju dengan pemahamanmu, maka kamu akan dianggap benar.

--

--

Mohammad Fahmi
Mohammad Fahmi

Written by Mohammad Fahmi

A boy trying to find himself and the others through words.

No responses yet